Berbicara soal tegas terhadap anak membuat saya dilema, karena cerita soal pola asuh anak bagi saya penuh drama banget. Kalau kata mbak Myra yang menulis trigger tegas bukan berarti kejam saya sangat setuju dengan pernyataan tersebut.
Tapi pertanyaannya adalah apa iya yang melihatnya punya pemikiran yang sama? Nah, pemikiran yang berbeda tiap masing-masing individu inilah yang membuat saya sempat stress. Pasalnya ini pengalaman pertama saya merawat anak (baca: ibu baru). Ditambah mertua tinggal satu atap dengan kami. Dapat dibayangkan orangtua pasti mau menerapkan cara asuh yang sama ke cucunya.
Tapi pertanyaannya adalah apa iya yang melihatnya punya pemikiran yang sama? Nah, pemikiran yang berbeda tiap masing-masing individu inilah yang membuat saya sempat stress. Pasalnya ini pengalaman pertama saya merawat anak (baca: ibu baru). Ditambah mertua tinggal satu atap dengan kami. Dapat dibayangkan orangtua pasti mau menerapkan cara asuh yang sama ke cucunya.
Drama merawat anak sudah dimulai sejak anak saya berusia 7 hari. Dimana mulai terlihat mertua berkomentar tentang banyaknya jumlah susu yang harus diminum si anak, cara gendong, dll. Seiring bertambah bulan bukannya saya semakin lepas tapi malah bertambah stress. Baru usia 3 bulan mertua nyeletuk suruh kasih anak saya makan pisang. Anak saya termasuk tipe yang rewel dan selalu nangis, mau BAB nangis, mau BAK nangis, bangun tidur nangis, mau tidur juga nangis.
Namun, setiap anak saya menangis selalu identik dengan kurang kenyang oleh mertua. Dimulai dari komentar ASI yang encer, hingga ketika MPASI porsi makan yang kurang banyak. Ketika anak saya mau memasuki usia 6 bulan saya sudah bertekad akan memberikan MPASI yang sesuai dengan usianya baik dari pengolahan hingga proses pemberiannya.
Saya ingin anak saya memiliki pola makan yang teratur dan untuk mencapainya saya harus tegas dari sisi waktu pemberian makan besar, snack, hingga pemberian susu. Tapi lagi-lagi terjadi perbedaan konsep dengan mertua. Dan puncaknya saat mertua tanpa ijin saya memberikan cemilan saat saya hendak memberikan makan besar, hal tersebut membuat saya kesal bukan main. Dan suami saya pun lebih memihak kepada ibunya.
Akhirnya seiring waktu saya merasa berjalan sendiri dan hampir menyerah. Membaca artikel dari teman-teman collaborative blogging siti nurbaya memberikan saya aura positif untuk tetap berusaha tegas, bukan demi saya atau mertua, tapi demi menerapkan sikap disiplin pada anak sejak dini. Tegas kami memang berbeda namun saya sadari perasaan sayang kami terhadap Hill adalah sama.
Baca juga : faber castell menjawab kontra pemberian gadget pada anak melalui colour to life
Happy sharing and keep smiling :)
Namun, setiap anak saya menangis selalu identik dengan kurang kenyang oleh mertua. Dimulai dari komentar ASI yang encer, hingga ketika MPASI porsi makan yang kurang banyak. Ketika anak saya mau memasuki usia 6 bulan saya sudah bertekad akan memberikan MPASI yang sesuai dengan usianya baik dari pengolahan hingga proses pemberiannya.
Saya ingin anak saya memiliki pola makan yang teratur dan untuk mencapainya saya harus tegas dari sisi waktu pemberian makan besar, snack, hingga pemberian susu. Tapi lagi-lagi terjadi perbedaan konsep dengan mertua. Dan puncaknya saat mertua tanpa ijin saya memberikan cemilan saat saya hendak memberikan makan besar, hal tersebut membuat saya kesal bukan main. Dan suami saya pun lebih memihak kepada ibunya.
Akhirnya seiring waktu saya merasa berjalan sendiri dan hampir menyerah. Membaca artikel dari teman-teman collaborative blogging siti nurbaya memberikan saya aura positif untuk tetap berusaha tegas, bukan demi saya atau mertua, tapi demi menerapkan sikap disiplin pada anak sejak dini. Tegas kami memang berbeda namun saya sadari perasaan sayang kami terhadap Hill adalah sama.
Baca juga : faber castell menjawab kontra pemberian gadget pada anak melalui colour to life
Happy sharing and keep smiling :)
Semangat mbaa.. Hill anak pinter.
ReplyDeleteAnak pertama aku jg gitu. Sensitive. Nanti pun berubah lama2 Kita beri pengertian..
thank you mak... semangkaa :)
DeleteMari berpelukan mbak. Aku dulu juga begitu. Sering ngga sepaham sama aturan orang tua kami. Tapi aku pelan-pelan komunikasikan dengan baik. Apapun masalahnya, selalu kita diskusikan. Aku dan suami akhirnya jadi kompakan. Karena rumah tangga itu dibangun bersama ya, ya aturannya kudu sama-sama sepakat. Hihihi.
ReplyDelete*hug*semoga suami nanti bisa kompak sama aku :D
DeleteBalada tinggal bersama orangtua ya mbak. Semua pasti ada hikmahnya. Salam dr klp anggun :)
ReplyDeleteiya mak.. kudu sabar-sabar. huhuu
DeleteSetuju. Sebetulnya sama-sama sayang. Hanya saja caranya berbeda dan kadang-kadang jadi berbenturan. Solusinya kalau buat saya memang harus rutin komunikasi juga :)
ReplyDeleteiya mak.. salah komunikasi sering banget jadi masalah dalam rumah tangga.apalagi kalau mertua ikut tinggal bersama
DeleteKayaknya ini dialami oleh hampir semua ibu baru ya. Tetap semangat mak, suatu hari akan ketemu celahnya kok bagi kita yang ingin membesarkan anak dengam cara sendiri. Bukan berarti cara ortu gak baik ya ��
ReplyDeleteiya mak.. terima kasih yaa :)
Deletekita memang hrs tegas ay apalagi dlm menerapkan disiplin, etika di rumah
ReplyDeletebenar mbak, cuma butuh kekompakkan ibu dan ayah :D
DeleteAku juga tegas mbak, tpi klo kata suamiku terlalu galak. Ah Semoga aku bisa lebih tegas tpi ga galak
ReplyDeleteaminnn... semua yang terbaik untuk anak ya mbak :)
DeleteMertua dan mantu terkadang beda pendapat. Beda zaman dan mitos terkadang mempengaruhi pola asuh anak
ReplyDeletenahh bener banget nih soal mitos.. :D
DeleteJangan kaya kucing sama anjing. Tenang bun dan bersabar menghadapi mertua dalam mengasuh anak
ReplyDeletesiapp mpokk... terima kasih yaa
DeletePastinya ayah dan ibu punya cara asuh berbeda tapi harus diselaraskan supaya anak gak bingung ya.
ReplyDeletebenar mbak, ini yang masih jadi PR, kompak mengasuh anak..
Deletesuka mendengar dan membaca seperti ini, kadang mertua/orang tua ga matching dengan pola didik ibunya. akhirnya ya memilih pindah rumah supaya bisa mendidik anak
ReplyDeleteberbeda kasus mbak, kalau ini mertua ikut saya. Pindah rumah pun tetap diikuti kecuali mertua mau tinggal di tempat anaknya yang lain.:D
DeleteLebih karena beda zaman kali ya mbak.. makanya perbedaan pendapat juga semakin runcing... Semangat terus mbak... Pengasuhan anak tetep ada ditangan mbak kok... Cuma ya kita tetep juga sih harus menghormati orang tua... Heheheh
ReplyDeleteiya mbak.. cuma kadang kesal juga. Mamak rada sensitif. hihii
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeletemakasii mbak bungaa... semangattt!!
DeletePola asuh yang baik ya mba, saya juga mau mulai mengajarkan anak lebih nurut kepada orangtua.
ReplyDeletesemangat juga ya mbak :)
DeleteSebenernya drama menjadi ibu untuk anak pertama, hampir semua mengalaminya ya Mba. Pada dasarnya kita sebagai orangtua, kakek neneknya pasti ingin yg terbaik untuk anak kita.
ReplyDeleteTinggal penerapannya saja yang perlu dikomunikasikan dgn baik.
iya mbak evi, komunikasi kunci utama nya yaa :)
DeleteJujur kalo baca ini saya jadi bercermin sendiri.... Bingung, kesal campur aduk tapi bagaimana pun harus tetap sabar ya
ReplyDeleteiya bener mbak. harus perbanyak sabar kalau berbeda pendapat dengan yang merasa lebih senior. :)
DeleteProblematik orangtua yang tinggal bareng sama nenek-kakek ya.
ReplyDeleteMau tegas, kadang jadi salah.
Nggak tegas, anak kita jadi manja. Benar-benaran harus perbanyak sabar dan doa :)
Hai Bunda, jangan lupa ikutan lomba foto sama lomba nyanyi #bazaarbunda2 di Jogja, berhadiah jutaan rupiah & free treatment 1 tahun loh. Cek instagram kami yaa @bundaestibabyspa. Info/pendaftaran: WA: 0838-4905-1617 (Ana)
ReplyDelete